Pendidikan Sejarah yang Mulai Terabaikan

Bukan hal asing lagi jika Anda menemukan anak-anak yang sudah melupakan siapa itu ibu Kartini, bahkan presiden pertama Indonesia. Tentu itu hal miris yang membuat para pejuang merasa sedih, Karena banyaknya arus modern masuk ke dalam negeri membuat generasi sekarang melupakan sejarah.

Faktor Sejarah Mulai Hilang dan Dilupakan

Ada banyak sekali pelajaran asing yang masuk ke Indonesia, minat dan bakat siswa-siswi semakin dapat dikembangkan dengan baik. Namun di samping itu mereka justru melupakan akar pelajaran sejarah sebagai pondasi bangsa. Apa saja faktor pelajaran sejarah mulai hilang dan dilupakan?

Peran Guru yang Sangat Minim

Kebijakan-kebijakan yang bisa diambil oleh guru sejarah memang sangat minim. Mereka tidak bisa begitu saja membuat sebuah peraturan untuk metode pembelajaran bagi murid-muridnya. Sehingga pembahasan hanya monoton dan membahas bab itu-itu saja, tentu saja membosankan bagi para murid.

Sebaiknya guru sejarah diberikan sedikit kelonggaran untuk mengatur bagaimana jalannya aktivitas belajar mengajar yang nantinya berlangsung tersebut. Asalkan masih berada dalam kurikulum sama dan seperti diberikan oleh pemerintah Indonesia. Hingga murid merasa tidak bosan lagi saat belajar.

Tidak Membuat Anak Belajar dari Sejarah

Pelajaran yang minim sekali praktek salah satunya adalah sejarah. Bisa dikatakan 100% pelajaran adalah teori saja tanpa memasukkan unsur kegiatan menyenangkan kedalamnya. Padahal banyak sekali cara yang bisa dipakai untuk membuat sejarah menjadi menyenangkan salah satunya adalah cosplay.

Cosplay bisa dibuat dengan mengadakan pentas drama kecil-kecilan di kelas untuk menggambarkan suatu kejadian sejarah, atau bisa juga menggunakan media visual agar pelajaran tidak terasa membosankan. Dengan cara-cara ini murid akan lebih mudah menghafalkan materi yang diajarkan.

Terbatasnya Jam Tatap Muka

Kebanyakan pelajaran sejarah memang memiliki jam tatap muka yang berbeda-beda. Mereka ( guru sejarah ) hanya memiliki pertemuan 2 sampai 3 kali saja dalam seminggu. Itu tentu tidak cukup untuk membuat pengenalan dan minat siswa menjadi berkembang, apalagi dengan terbatasnya sarana. Beberapa faktor tadi sampai saat ini belum menemukan solusi yang tepat, sehingga mengakibatkan generasi penerus bangsa bahkan tidak mengenali pejuang pembela kemerdekaan tanah tempat tinggal mereka.

Sumber: https://www.seputarpengetahuan.co.id/

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *